Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Hening Bening

Hening bening Oleh: Durronn Ronnie Ok| 24 June 2013 | 23:55 WIB Ketika aku beranjak tidur mataku sulit bekerja sama, dan aku pun hanya membolak-balikan badan. Ini bukan tentang kerisauan, bukan pula kegamangan tentang masa yang akan datang. Tiba-tiba saja aku terfikirkan nikmat yangdiberikan Tuhan, hingga ku sulit untuk diam, pikiranku kesana kemari merangkai kejadian demi kejadian. Dan ini sangat luar biasa. Aku tidur bisa dengan posisi apa saja yang aku inginkan. Tengkurap, miring dan terlentang. Aku pun terfikirkan orang-orang di Rumah Sakit sana yang tidurnya hanya itu-itu saja, tak sebebas orang yang sehat. Aku tidur kali ini hanya menggunakan kaos tipis karena cuaca sangat panas. Dan memang tanpa pendingin ruangan. Lalu akupun terfikir dengan orang-orang diluar sana. Para musyafir, para pengais rejeki, para penjelajah dan terfikirkan orang-orang yang tak memiliki tempat tinggal. Yang tidurnya dikolong-kolong jembatan, diemperen toko, di pinggir jalan. Jika malam mereka pasti san

perjalanan

“Jangan menatapku, apalagi sok perhatian. Aku tak butuh semua itu. Aku bisa mengurusi hidupku sendiri, urusi saja urusanmu!!!” *** Di dapur yang berantakan, panci masih bersila diatas tungku berkerudung abu. Piring dan sendok sisa makan tadi sore masih menggunung di pojokan kamar cuci. Pria berbaju lusuh duduk didepan tungku yang masih menyala tak begitu membara. Matanya melihat kesana kemari menatap setiap yang tertatap. Hanya menatap dan sesekali menghisap rokok yang ada disela jemarinya, segelas kopi hitam pun bersanding menemaninya. Tak seberapa lama datang gadis gadis dengan bulu-bulu halusnya berwarna hitam dan di ujung telinganya yang meruncing berwarna putih bersih, muncul dari balik pintu yang memang tak terkunci. Bahkan seandainya jika ada yang berniat jahat sama rumah dengan sangat mudah mengobrak-abrik isi rumah. Sebab pintunya memang tak terkunci. Apakah pintu juga perlu kunci? sepertinya semua pintu memang perlu kunci. Tapi entah kenapa pintu ini tak berkunci. “

Bersila Mengunyah Puisi

Aku menanam puisi kusemai dengan hati Ku taburkan pupuk imaji Puisiku selalu berganti  Tiap musim setiap hari Kadang suka Kadang duka Dan terkadang bukan suka ataupun duka Puisiku ini tergantung suasana hati Tak bisa dipaksa, tak bisa di reda Puisiku tak ada yang beli pernah ku tawarkan kesana kemari "Ah, puisimu basi!" "Waduh, aku tak mengerti puisi!" "Untuk beli nasi saja susah apalagi beli puisi." TIDAK!!! Itulah seklumit jawabannya Namun, aku tak berkecil hati puisiku ini aku kunyah sendiri Bersama kekasih hati Yang dengan santun menikmati.