JAKARTA, KOMPAS.com — Hampir setahun sudah grup rock Slank dibatasi ruang geraknya untuk menggelar konser di beberapa kota. Segala upaya pun dicoba Kaka (vokal), Bimbim (drum), Abdee (gitar), Ridho (gitar) dan Ivan (bas), termasuk sowan ke Kapolri baru, Komisaris Jenderal Timur Pradopo.
"Upaya tetap ada, kami rencananya pengin sowan ke Kapolri yang baru nanti," ujar Ivan saat berbincang dengan Kompas.com seusai menonton bareng film terbaru Slank, Metamorfoblus,di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (21/10/2010).
Tak dapat dimungkiri, tanpa izin konser, grup rock yang bermarkas di Gang Potlot III, Kalibata, Jakarta Selatan, itu cukup kesulitan menjumpai penggemarnya. "Ya jadi susah di beberapa tempat saja. Seperti kemarin di Java Rockin' Land, kami bisa konser karena Slanker (penggemar Slank) punya privilage (hak istimewa)," terang Ivan.
"Upaya tetap ada, kami rencananya pengin sowan ke Kapolri yang baru nanti," ujar Ivan saat berbincang dengan Kompas.com seusai menonton bareng film terbaru Slank, Metamorfoblus,di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (21/10/2010).
Tak dapat dimungkiri, tanpa izin konser, grup rock yang bermarkas di Gang Potlot III, Kalibata, Jakarta Selatan, itu cukup kesulitan menjumpai penggemarnya. "Ya jadi susah di beberapa tempat saja. Seperti kemarin di Java Rockin' Land, kami bisa konser karena Slanker (penggemar Slank) punya privilage (hak istimewa)," terang Ivan.
Di satu sisi, Ivan tak bisa menutup mata bahwa dengan pembatasan ruang gerak tersebut, Slank saat ini harus mencari jalan lain untuk mengobati kerinduan penggemarnya dengan cara menjual berbagai macam produk Slank.
Mulai dari album terbaru Jurus Tandur, telepon genggam edisi Slank, DVD konser Java Jazz Slank 2008, hingga film dokumenter Metamorfoblus, semua itu menjadi andalan Slank di tengah pembatasan konsernya. "Ini hanya opsi saja di saat Slank lagi sulit manggung," tutup Ivan.
Komentar