Nama Nurman Hakim asli Mranggen, Demak menjadi pembicaraan ketika film besutannya berjudul 3 Doa 3 Cinta mendapatkan berbagai tanggapan positif dari sineas mancanegara. Film yang bernarasi tentang kehidupan dunia pesantren dari kacamata seorang santri yang didukung sejumlah aktor dan aktris top seperti Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo, Butet Kertajasa dan Yoga Pratama itu, langsung melambungkan nama jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan mayor penyutradaraan film ini.
Film 3 Doa 3 Cinta bahkan telah mendapatkan script development fund dari institusi film internasional seperti Global Film Initiative (Amerika), Goteborg Film Fund (Swedia) dan Fonds Sud (Perancis). Serta beberapa penghargaan lainnya, termasuk tujuh nominasi Festival Film Indonesia 2008, Grand International Jury Prize di Vesoul International Film Festival (Perancis) 2008 dan Best Film di Jakarta International Film Festival 2009.
Film ini juga lolos seleksi dan diputar di festival-festival film international seperti di Dubai, Goteborg, Pusan, South by South International Film Festival di Norwegia dan Asia Pacific Screen Awards, Australia, dan beberapa festival film berwibawa lainnya.
Teks terbuka "cah ndeso"
Kini, lewat film teranyarnya berjudul Khalifah, apakah Nurman Hakim yang lebih suka menyebut dirinya, "cah ndeso" itu dapat mengulangi catatan prestisiusnya, sebagaimana film perdananya dulu. Sebagai catatan, di film3 Doa 3 Cinta, 350 ribu penoton mengapresiasi filmnya. "Saya hanya membuat film yang baik yang menurut saya juga baik untuk publik," katanya. Selebihnya, katanya, setelah film usai, dia telah menjadi milik publik, dan menjadi teks yang terbuka untuk dibaca dan dimaknai dari kacamata apa saja.
Kini, lewat film teranyarnya berjudul Khalifah, apakah Nurman Hakim yang lebih suka menyebut dirinya, "cah ndeso" itu dapat mengulangi catatan prestisiusnya, sebagaimana film perdananya dulu. Sebagai catatan, di film3 Doa 3 Cinta, 350 ribu penoton mengapresiasi filmnya. "Saya hanya membuat film yang baik yang menurut saya juga baik untuk publik," katanya. Selebihnya, katanya, setelah film usai, dia telah menjadi milik publik, dan menjadi teks yang terbuka untuk dibaca dan dimaknai dari kacamata apa saja.
Dengan catatan yang lumayan panjang bersama Nan Achnas, Hakim tercatat juga telah memproduksi film panjang, dokumenter dan film pendek, antara lain film anak-anak berjudul Bendera yang masuk seleksi di ajang kompetisi Tokyo International Film Festival. Kemudian film The Photograph, yang berco-produksi dengan Orange-Waterland, Salto Films dan Le Petite Lumiere Perancis.
The Photograph yang mengambil lokasi syuting di Kota Tua Semarang telah memenangi The Prince Claus Film Fund, Goteborg Film Fund dan The Swiss Film Fund, dan diseleksi untuk international premiere di Pusan International Film Festival 2007. Dan telah memenangi berbagai festival film internasional termasuk Karlovy-Vary International Film Festival.
Dan sekarang, bersama Frame Ritz yang telah menghasilkan berbagai sinetron serial, film televisi dan miniseri seperti film Rahasia Bintang, dan Kembang Perawan (2009) apakah cah Mranggen itu mampu kembali mengibarkan namanya?
Komentar