Saya itu sejak kecil tak pernah merayakan yang namanya Perayaan ulang tahun, tiup lilin, potong kue dan sebagainya. Karena aku terlahir di kampung dan hanya sebagian teman saja yang melakukannya perayaan itu di sekolah dan dirumah ketika ulang tahunnya tiba.
Kalopun saya di Kota perayaan itu juga gak terjadi juga perayaan seperti itu, karena Bapakku tak mendidik untuk itu, Bapakku mendidik agar selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan olehNya yang diberikan setiap waktunya. Bahkan di Pesantren aku tak melihat aktifitas kyaiku merayakannya yang namanya ulang tahun untuk putra-putrinya. Yang aku tau hanya mengaji, beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Aku mendapatkan serangkain ucapan Selamat ulang tahun ketika mempunya aku facebook yang menulis diDindingku dari berbagai teman dunia maya yang beraneka macam jelisnya dan dengan tulisan perbagai embel-embel: Selamat ulang Tahun! Semoga panjang umur! Tambah sukses! Dan terbaik untukmu! Begitu seterusnya. Untuk awalnya aku rada kaget dan sedikit memicingkan mata dengan tulisan-tulisan itu karena baru itu sepertinya pertama kalinya mengucapkan ulang tahun padaku. Itu aku! Mungkin untuk beberapa teman yang lain yang lagi ulang tahun menggelar pesta. Makan, minum, bersendaugurau, tiup lilin, potong kue, tertawa bahagia dan sebagainnya tak ayal lagi ada beberapa teman yang ulang tahun dimasa SMP juga SMA dengan mengerjai teman yang lagi ulang tahun, disiram air comberan, dilempar telor (bahkan telur busuk), tepung yang dicampur air dan disiramkan ke anggota badannya. Bahkan ada yang diangkat kedalam kolam lalu diceburkan oleh teman sepermainanya. Huh..aku gak ada waktu untuk itu, lagian aku juga gak begitu tertarik hal-hal seperti itu. Aku lebih asik ngobrol di kantin belakang sekolah bersama temanku sambil menikmati sebatang rokok dan secangkir kopi. Dan kebetulan temanku juga gak ingin mengikuti hal-hal seperti itu. “Norak!” Kata temanku yang dari kota Jakarta yang berkehidupan modern mengomentari perayaan itu. Dan akupun hanya tertawa kecil atas komentar itu. Dan ketika satu temanku yang dari kota Bekasi komentarnya pun membuatku semakin tertawa “kurang kerjaan tuh orang, mending macul aja disawah sono!” saya sangat senang kepada dua sahabat ku yang sahabatku atas jawaban yang simpel dan menggelitik itu. Dan waktu itupula ku tanyakan asal usul perayaan ulang tahun, “Eh kalian tau gak sih perayaan Ultah itu awalnya darimana?” tanyaku pada kedua sohibku. “dari negara bagian barart sono kali, mungkin Inggris.” Jawab temanku sambil mengangkat gelas kopi. “Ngaco aja lu, yang bener tuh dari Eropa” si Puan menimpali, “Eropa itu mana?” Tanyaku kembali sambil meringis.
“makanya banyak baca buku sejarah biar tau dunia.” “banyak baca komik sih lu!” imbuh temanku Akoy. Dan Puan pun menjawab “Perayaan Ultah itu awalnya dari Eropa dimulai dengan adanya ketakutan roh jahat yang datang pada sesorng saat ulang tahun tiba. Nah untuk menjaga dari hal-hal jahat pada saat ulang tahun tiba mereka mengundang teman dan anggota keluarga yang lain untuk mendo’akan bagi yang lagi berulang tahun.” Dan akupun kembali bertanya “terus, kalo lilin untuk ditiup dan kue itu dari mana, apa bersamaan dengan itu?” “kalo kue awal mulanya dari Bangsa Romawi kuno pada abad ke-17 kalo lilin pada abad ke-18 dan lilin-lilin itu ada yang mengatakan usia. Dan Orang Yunani mempersembahkan kue bulat yang atasnya dikasih lilin untuk dewi Artemis!” jawab sohibku yang lumayan luas wawasannya. Dan akupun mengangguk-angguk “Oo..bukan dari Islam ya ternyata?!” sambil menghisap rokoknya temanku menjawab “Ooo…jelas bukan!”
Kalo dipikir-pikir pertambahan tahun itu dimana berkurangnya usia, kok malah tiup lilin, potong kue, tertawa hingar, berpestaporia bahkan melakukan hal extreme kurang baik lainnya. Aku tidak iri melihat mereka bahagia, tak iri juga melihat kue berbentuk bulat yang diatasnya ada sebuah lilin yang menyala dan pestaporia. karena memang dalam sejarahku tak ada perayaan seperti itu.
Bahkan belum lama ini aku melihat anak yang berumur lima tahun merengek sama orang tuanya minta mengadakan perayaan ulang tahun minta kue yang besar dan lilin yang berwarna merah juga menginginkan perayaan itu di Sekolah didepan teman-temannya, tapi dengan ketegasan sang bapak “Nak! Perayaan itu hanya akan menghambur-hamburkan uang.” Dan kehalusan tutur kata yang terlontar halus dari mulut sang Ibu “Pevita anakku yang cantik, selama ini Ibu tak pernah merayakan ulang tahun seperti itu, karena memang tak ada tradisi seperti itu, itu bukan tradi Bapakmu dan juga Ibumu, bahkan Kakek dan Nenek tak pernah merayakannya kan?” Dengan perkataan itu sang anak pun mengangguk tanda mengerti.
Setelah perayaan itu, semua kembali pada rutinitas sehari-hari. Bekerja, sekolah, bermain, istirahat tidur dan menanti pagi kembali. Semuanya tidak ada yang berubah masih dalam keseharian yang menjemukan yang redup dari pemaknaan. Lalu melanjutkan sisa-sisa usia bersama potogan-potongan waktu; malam dan siang yang selalu silih berganti tanpa bosan. Maka, benar adanya makna kata ulang tahun yang digembar-gemborkan itu yang hanya sekedar peristiwa tahun yang di-ulang dan terus ber-ulang. Hanya sebatas ritual perpindahan usia dari titik waktu ke titik waktu yang lain, dari masa yang lalu kian berlalu ke masa yang akan datang. Selebihnya makna waktu yang lepas dari kita sendiri. Dan selama bumi masih berotasi pada koridornya, waktu pun belum berhenti dan akan terus bergulir sesuai iramanya. Seperti firman Allah Rang Maha Rahman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali-‘Imran: 190)
Usia kita bertambah tapi jatah umur kita yang ditetapkan Allah semakin berkurang, semakin bertambah usia jika tak diimbangi dengan tambahnya pahala, tambahnya ilmu dan kebaikan maka kita termasuk orang-orang yang rugi. Di dalam Al-quran Allah berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menatapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3). Jadi biar tidak termasuk orang-orang yang rugi mari memanfaatkan (berlomba-lomba) menggunakan sisa umur kita dalam hal kebaikan.
Percuma saja bertambahnya usia namun bertambah pula keburukan yang diperbuat, tak mengintoprksi dan memperbaiki diri. “Petiklah rahasia waktu, maka kau akan kau dapat keajaibannya.” Begitulah Muhammad Iqbal, Asrar-I Khidi meneguhkan.
Bagi saya, yang meryakan ulang tahun ya monggo. Tidak ya bagus
http://muda.kompasiana.com/2012/11/15/ulang-tahun-dan-waktu-509332.html
Komentar