Langsung ke konten utama

Apa sih Islam itu?

Kata Islam berasal dari bahasa Arab al-islam. Kata al-islam ada di dalam Al-Qur’an dan padanya tersirat penjelasan tentang kata ini. Di dalam Al-Qur’an, kata al-islam ada di enam ayat yaitu surat Al-Maidah (5) ayat 3, surat Ali Imron (3) ayat 19 dan 85, surat Al-An’am (6) ayat 125, surat Az-Zumar (39) ayat 22, dan surat Ash-Shof (61) ayat 7. Dari keenam ayat itu yang menjelaskan tentang al-islam secara singkat dan padat ada di tiga ayat yaitu surat Ali Imron (3) ayat 19 dan 85,dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Untuk mengetahui apa sih Islam itu ? Kita bahas ketiga ayat tersebut satu per satu. Di dalam Al-Qur’an surat Ali Imron (3) ayat 19 dikatakan, “ innad-dina ‘indallohil-islam …” yang artinya, “ Sesungguhnya ad-din disisi Alloh (adalah) al-islam …” Kata Alloh tidak diterjemahkan karena kata ini adalah nama diri (‘alam syakhsi, proper noun) yaitu nama robb dan ilah (Tuhan) yang sesungguhnya bagi seluruh manusia. Kata al-islam tidak diterjemahkan karena ia juga adalah nama diri yaitu nama suatu ad-din, seperti makna yang tersirat di dalam ayat ini. Kata ad-din dalam ayat ini maknanya adalah al-millah,jalan hidup, way of life. Tentu saja kata ad-din ini berbeda maknanya dengan kata agama karena dalam pengertian agama maka tidak semua orang beragama, misalnya kaum atheis, sedangkan dalam pengertian ad-din maka setiap orangpasti memiliki ad-din tertentu artinya memiliki al-millah tertentu, memiliki jalan hidup tertentu, memiliki way of life tertentu, termasuk seorang atheis sekalipun. Yang dapat dipahami dari ayat ini diantaranya adalah, pertama, bahwa al-islam adalah nama suatu ad-din. Kedua, al-islam adalah suatu ad-din yang berasal dari sisi Alloh (‘indalloh) karenanya al-islam disebut juga dinulloh (surat An-Nashr (110)ayat 2). Jadi al-islam bukan buah pikiran manusia. Ad-din ini sampai kepada manusia melalui wahyu yang Alloh turunkan kepada para Nabi dan Rosul-Nya (diantanya Rosululloh SAW). Para Nabi dan Rosul itu hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan oleh Alloh kepadanya (surat Yunus (10) ayat 15). Ketiga, dalam bahasa Arab kata al-islam memiliki makna, memiliki arti yaitu, “ al-inqiyadu liamaril-‘amiri wa nahihi bi la i’tirodh ” yang artinya,” tunduk kepada perintah dan larangan yang memerintah tanpa membantah. “ Penamaan ad-din tersebut dengan al-islam menunjukkan sifat dari pada ad-din tersebut yakni ketundukan (kepada Alloh) tanpa membantah, menolak, atau protes dengan alasan misalnya tidak sesuai dengan akal, perasaan, perkembangan zaman, dan lain-lain. Penamaan ini sungguh sangat tepat. Hal ini tidakmengherankan karena yang memberi nama adalah Alloh yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat 3 dikatakan,”…al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’mati wa rodhitu lakumul-islama dina …”, yangartinya,” …pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian ad-din kalian dan telah Aku sempurnakan bagi kalian ni’mat(dari)-Ku dan Aku telah ridho al-islam sebagai ad-din bagi kalian …” Kata ad-din dalam ayat ini maknanya adalah al-millah, jalan hidup, way of life. Kata “kalian” dalam ayat ini yang dimaksud adalah Rosululloh SAW dan para sahabat. Dalam ayat ini digunakan kata ad-din, tunggal, bentuk jamaknya adalah al-adyan, hal ini menunjukkan bahwa ad-din Rosululloh Saw dan para sahabat adalah satu, sama, sejalan. Dari ayat ini dapat dipahami diantaranya, pertama, bahwa Alloh telah menyempurnakan ad-din Rosululloh Saw dan para sahabat. Tentu ini berarti ad-din mereka telah sempurna. Ad-din mereka dibangun berdasarkan ayat-ayat Alloh (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rosululloh SAW, tersirat dalam kata-kata “ akmaltu lakum dinakum “ Ad-din mereka tidak lain adalah penerapan Al-Qur’an secara yang paling sempurna atas petunjuk Alloh melalui Rosululloh SAW. Ad-din mereka sempurna secara individu ada pada diri Rosululloh SAW, inilah yang dinamakan millatu Rosulillah SAW atau as-sunnah. Ad-din mereka sempurna secara komunitas ada pada mereka secara berjama’ah, inilah yang dinamakan al-jama’ah. Kedua, Alloh menyebut ad-din (atau al-millah, jalan hidup, way of life) Rosululloh SAW dan para sahabat dengan al-islam, penyebutan ini tersirat di dalam kata-kata “rodhitu lakumul-islama dina “ Ketiga, al-islam adalah ad-din yang diridhoi Alloh. Di dalam Al-Qur’an surat Ali Imron (3) ayat 85 dikatakan, “ wa may yabtaghi ghoirol-islami dina, fa lay yuqbala minhu wa huwa fil-akhiroti minal-khosirin” yang artinya,” Dan barang siapa mengharap selain al-islam sebagai ad-din maka tidak akan diterima darinya (ad-din itu) dan dia diakherat kelak (akan) termasuk orang-orang yang rugi” Kata ad-din dalam ayat ini maknanya adalah al-millah, jalan hidup, way of life. Yang dapat dipahami dari ayat ini adalah, pertama, bahwa ad-din selain al-islam tidak akan diterima oleh Alloh. Kedua, bahwa seluruh Nabi dan Rosul yang diutus oleh Alloh pastilah memiliki ad-din yang sama yaitu al-islam karena Alloh tidak menerima ad-din selain al-islam. Dari ketiga ayat di atas diketahui bahwa al-islam adalah namasuatu ad-din (al-millah, jalan hidup, way of life) yang berasal dari sisi Alloh, maka al-islam bukan buah pikiran manusia. Namun boleh jadi buah pikiran manusia secara kebetulan sesuai dengan al-islam. Al-islam mewujud secara sempurna di dalam ad-din ( al-millah, jalan hidup, way of life) Rosululloh SAW dan para sahabat, ad-din mereka itu merupakan penerapan Al-Qur’an secara yang paling sempurna atas petunjuk Alloh melalui Rosululloh SAW, dengan kata lain al-islam adalah ad-din Rosululloh SAW dan para sahabat. Jika dirinci, Rosululloh SAW secara individu adalah pihak yang paling tahu tentang al-islam dan yang mengamalkan dengan sempurna karena beliau SAW yang menerima wahyu dari Alloh beserta penjelasannya, sehingga dapat dikatakan al-islam itu sesungguhnya adalah ad-din (al-millah, jalan hidup, way of life) Rosululloh SAW yang disebut dengan as-sunnah, maka al-islam adalah as-sunnah dan as-sunnah adalah al-islam. Kemudian para sahabat adalah pihak yang mendapat didikan secara langsung tentang al-islam dengan sebaik-baik didikan, sehingga para sahabat adalah rujukan bagi orang yang hidup setelah mereka di dalam memahami al-islam. Mereka adalah pihak yang mesti diikuti di dalam memahami dan mengamalkan al-islam (surat At-Taubah (9) ayat 100). Sehingga bentuk-bentuk ’ibadah (pengabdian) kepada Alloh yang tidak ada pada Rosululloh SAW dan para sahabat tidak bisa disebut dengan al-islam, dan inilah yang dinamakan bid’ah. Dikatakan dalam hadits bahwa setiap bid’ah adalahsesat, dikatakan demikian karena amal ’ibadah tersebut dikira al-islam padahal bukan al-islam dan tidak diterima oleh Alloh. Dan diketahui bahwa menurut apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an ad-din itu ada dua yaitu al-islam dan ghoirul-islam,tidak ada yang ketiga, sebagaimana juga dalam kehidupan di dunia ini hanya ada dua jalan yaitu al-haq dan al-bathil. Dalamhal ini al-islam adalah jalan al-haq atau disebut juga dinul-haq(surat At-Taubah (9) ayat 33) dan ghoirul-islam adalah jalan al-bathil. Adapun tentang agama, maka di dunia ini banyak sekali agama dan juga ada banyak sekali yang tidak termasuk agama sepeti atheisme, liberalisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, humanisme dan seluruh isme-isme lainnya. Orang zaman sekarang mengetahui al-islam hanya dari Al-Qur’an dan Al-Hadits (yang shohih) karena hanya dari kedua sumber inilah, sekarang ini, tersimpan al-islam. Pengtahuan orang zaman sekarang tentang al-islam tidak akan menyamai pengetahuan Rosululloh SAW dan para sahabat tentang al-islam, oleh sebab itu Rosululloh SAW dan para sahabat disebut oleh Alloh sebagai “khoiru ummah” (surat Ali Imron (3) ayat110), yang mana ini berarti kemuliaan seseorang disisi Alloh ditentukan oleh sejauh mana kesesuaianantara ad-din ( atau al-millah, jalan hidup, way of life) merekadengan al-islam. Dalam hal ini jelaslah bahwa Rosululloh SAW adalah orang yang paling mulia disisi Alloh, kemudian para Nabi dan Rosul yang lain, kemudian Abu Bakar, Umar, dan seterusnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukisan Karya Affandi

Karya Lukisan sang Maestro Afandi yang berjudul "Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan" merupakan salah satu karya langka dan istimewa dari Afandi, diantara Karya-karya istimewa lainya, namun Lukisan ini memiliki nilai falsafah hidup yang dalam, dimana setiap individu Manusia yang ada di Dunia ini terlahir sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lainya seperti Malaikat, Jin, Hewan, Dll. Dimana kesempurnaan Manusia itu sendiri adalah terwujud karena adanya kelemahan terbesar yang dimiliki Manusia yaitu hawa nafsu yang cenderung berbuat untuk mengingkari kodrat sebagai makhluk yang sempurna, dan seringkali hawa nafsu digoda oleh berbagai bisikan-bisikan setan yang menyesatkan. Disini perwujudan dari bisikan-bisikan setan itu dilukiskan Afandi seperti sesosok Topeng-topeng yang berperan sebagai tokoh kejahatan dalam cerita-cerita Jawa.  Dan Topeng itu sendiri cenderung bukan wajah asli dari diri Manusia

Budidaya Ternak Itik Petelur |

  A.  LATAR BELAKANG    Itik dikenal juga dengan istilah bebek dalam  ( bahasa jawa )  nenek moyangnnya berasal dari amerika utara merupakan itik liar.(anas mascha)atau mild malard. terus menerus di jinakkan oleh manusia hingga jadilah itik dan di pelihara sekarang yang disebut aras demesticus (ternak itik). Jenis bibit unggul yang diternakan khususnya di  I ndonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal,itik mojosari,itik bali,itik cu 2000-ina.  Itik yang akan  saya  pelihara atau budidayakan adalah  jeni itik yang dibudidayakan  secara intensif atau yang lebih dikenal dengan pemeliharaan di lahan kering atau dikandangkan yang akan memberi keuntungan diantara itik tidak lagi di gembalakan di sawah untuk mencari makan sendiri.  pakan dan minum di sediakan di dalam kandang air untuk berenang itik di sediakan sehingga itik hanya memanfaatkan energi untuk memproduksi telur. Telur menjadi pilihan karena merupakan sumber protein hewani yang gampang terjangkau oleh masyarakat

Biografi Sunan Kalijaga

Joko Said dilahirkan sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban. Arya Wilatikta ini adalah keturunan dari pemberontak legendaris Majapahit, Ronggolawe. Riwayat masyhur mengatakan bahwa Adipati Arya Wilatikta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said. Namun sebagai Muslim, ia dikenal kejam dan sangat taklid kepada pemerintahan pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada rakyat. Joko Said muda yang tidak setuju pada segala kebijakan Ayahnya sebagai Adipati sering membangkang pada kebijakan-kebijakan ayahnya. Pembangkangan Joko Said kepada ayahnya mencapai puncaknya saat ia membongkar lumbung kadipaten dan membagi-bagikan padi dari dalam lumbung kepada rakyat Tuban yang saat itu dalam keadaan kelaparan akibat kemarau panjang. Karena tindakannya itu, Ayahnya kemudian ‘menggelar sidang’ untuk mengadili Joko Said dan menanyakan alasan perbuatannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Joko Said untuk me