Langsung ke konten utama

Malam Untuk Pevita


Malam itu, aku jalan naik vespa
Jalan sendiri lewati kali yang sepi
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara
Merdu,,,aneh,,,lucu,,,
Ternyata Pevita memanggilku
***
Pevita yaitu temanku mengadu nasib di kota Pekanbaru, hampir setiap malam dia gak tidur untuk mencari uang untuk kelangsungan hidupnya. Bahkan setiap bulan, Pevita mengirim hasil serih payahnya untuk keluarga yang ada dikampung.
Hanya Pevita juga yang mau membonceng vespaku. Aku memiliki teman wanita,tapi jarang yang mau naik vespa bersamaku, dengan alasan malu, gak nyaman dan sebagainya. Bahkan beberapa waktu lalu ketika aku masih punya pacar, pacarku minta putus gara-gara aku beli vespa baru. (dasar pacar yang aneh).
Ketika udah putus aku beli kaos yang bertuliskan "hanya cewek matre yang gak mau naek vespa" bahkan aku juga menulis disebuah status facebook 
sontak saja mantan pacarku marah-marah .
Seettt...kita balik lagi ke Pevita.
Tiga hari sekali aku menjemput dari tempat mangkalnya Pevita sebulum adzan subuh.
Diterpa dinginnya malam yang membacok kulit sesekali aku bercanda dengan dia diatas roda dua.
Karena kita selalu begitu dipagi-pagi sebelumnya.
Tapi pagi ini Pevita kurang lepas dengan tawannya.
"Pev, napa lu kayak kurang semangat gitu? Tanyaku".
"Gak apa-apa Ron. Jawabnya".
Kulirik dari spionku kulihat tatapan Pevita kosong penuh lamunan, sementara perjalanan ketempat kos dia masih berjarak dua blok lagi.
"Pev, serius kamu gak apa-apa? Tanyaku kembali"
"iya gak apa-apa, jawabnya".
"gak kayak kemaren-kemaren, curhat dong sama aku.
Kita kan temenan kan sudah lama, kayak baru kenal aja, jadi kalo ada masalah atau buat gak nyaman cerita saja sama aku, atau malam ini lagi sepi...hahaaa
akupun tertawa".
"iya Ron,malam ini sepi,gak ada pemasukan. Jawabnya".
"tenang aja aku masih banyak duit nih, kalo butuh kamu bisa pake aja dulu, lagian aku gak butuh-butuh banget kok. Tawarku".
"Enggak lah Ron, aku juga masih cukup untuk beberapa hari kedepan, Eh Ron malam ini kok dingin banget ya? Dia coba mengalikhan pembicaran".
"Malam dingin siang panas memang udah gitu siklusnya kali, aku pun menjawab sambil nyengir".
"Ron..boleh gak aku memelukmu tiga menit aja? Selama ini kan aku gak pernah memelukmu. Pintanya".
"Jangan tiga menit selamnya pun boleh....hahaaaaa....jawabku sambil ketawa"

ia pun memelukku diatas vespa yang melaju sangat lambat, tangannya dieratkan dalam pingangku, kepalanya disandarkan dipungungku.
Semakin ku perlambat saja laju vespa. Sebenernya aku baru kali ini ngebonceng cewek bisa nempel kayak prangko, sebenarnya risih karena ada sesuatu yang menempel dipunggung saya. Tapi asik juga...
Hahaaaa.....
"Ron... Kku ingin berhenti dari pekerjaan yang aku jalani sekarang ini, aku sudah lelah, kira-kira kalo aku bertobat Allah masih menerima tobatku gak ya. Tanyanya"
"wah bagus banget tuh,,,ya masih dong, Allah itu maha penerima tobat, maha pengasih maha penyayang.
pokoknya maha segala maha. Akupun menjawab penuh semangat antusias".
"Ron...vita minta maaf ya? Dan terimakasih selama ini sudah baik kepadaku, kamu temanku yang paling baik dikota ini, gak ada yang lain lagi selain kamu. Tangannya masih memeluk pinggangku yang ceking".
"iya sama-sama, santai aja lagi. Timpalku"
pembicaraan masih berlanjut
"Oya Pev,kenapa kamu tiba-tiba saja tobat? Kenapa gak dari dulu-dulu. Takut masuk neraka ya?hahahaaaa... Pertanyaaku sambil tertawa terlontar kembali untuk menghangatkan pagi yang dingin"'
"ya baru sadarnya pagi ini Ron, jawab singkatnya".
"hemmm...sip dah"
Aku kembali konsentrasi pada motorku untuk sedikit melajukannnya.
waktu tiga menit pun sudah berlalu,
bahkan sudah tujuh menit Pevita masih memelukku.
Sampai juga di depan rumahnya,
kemudian ku mematikan motor dengan suaranya bising memecah kesunyian. Tetangga Pevita sudah faham dengan suara motorku, jadi mereka tidak merasa aneh lagi akan kedatanganku dipagi itu.
"Pev...udah sampai rumah nih kita, turun dong. Pintaku"
namun Pevita hanya diam saja,tangan masih posisi memelukku,dan kepalanya bersandar dipunggungku.
"Oi Pev..tidur kamu,dah sampai nih bangun dong. Kepalaku menoleh ke belakang".
Pevita masih diam tak ada jawaban, ku beranikan memegang tangannya yang masih mendarat dipinggangku untuk melepaskannya.
"Busett...tangan kamu dingin baneget pev".
Tangan yang mungil itu lepas dari kaitan dan turun kebawah,aku pun bisa menyetandarkan vespa. Ketika aku berdiri dari jok vespa kepala pevita masih mendarat diantara tubuhku, ku raih pundaknya agar tak terjatuh nyungsep kedepan,.
"Pev bangun dong..."
ku goyang-goyangkan pundaknya agar bangun.
"Pev ayuk bangun,dah sampai nih kita. Pintaku kembali".
Kepala Pevita tertunduk kebawah, mukanya tertutup rambut indahnya.
Tangan kananku masih memegang bagunya,tangan kiriku mulai mengaangkat kepala yang tertunduk lesu itu. Ku buka rambutnya yang menutupi wajahnya.
Ku lihat matanyanya yang sudah tertutup.
"Hoi..bangun hoi...tamparan-tamparan kecil kudaratkan dipipinya".
Namun dia masih tak jua bangun.
"ada apa mas? Tanya seorang warga yang baru pulang dari jama'ah solat subuh''.
"ini pak, temen saya gak bangun. Bisa bantu saya nganggakat kedalam rumahnya pak, pintaku pada bapak yang berpeci putih itu".
Bapak itu pun mendekat, dan memegang pevita dari belakang, aku pun bisa keluar dari vespa.
"Mas, non Vita sepertinya sudah tak bernyawa"
"akh masak sih pak? Tanyaku kaget".
"Iya, Innalillahi wainna ilahi roji'un"
"masak sih pak, barusan saja dia mengobrol sama saya. Tannyaku tak percaya ".
Ku goyangkan tubuh vita lagi
"pev,,,bangun dong"
"mas sekarang kita angkat saja kerumahnya, pinta bapak itu".
"bentar pak aku ambil kunci dirumah dia yang ada didalam tas"
kulepaskan tas yang tersangkut dipundaknya.
Ku buka dan kucari kunci, ketemu juga yang ku cari.
Ku buka pintu, bapak berpeci itu masih memegang tubuhnya yang masih lunglai diatas vespa.
"mari pak,kita angkat, pintaku" 

tubuhnya sudah berada didalam rumahnya,tepatnya dikursi sofa panjang diruang tamu.
"ayo pev,bangun dong. Ku buka matanya yang tertutup, Aku masih belum percaya apa yang dibilang bapak tadi"
"Non vita sudah meninggal Mas, sekarang begini saja,Mas kabari keluarganya yang ada dikampung, dan saya akan mengabari warga-warga disini. Pinta Bapak itu kembali"
"iya Pak,jawabku pelan"
"sekarang saya kabarkan ke warga dulu, Assalamualaikum pamit dulu Mas. Bapak itu pun pergi berlalu.
"iya Pak waalaikumsalam terimakasih".
sekarang hanya ada aku dan Pevita,kuambil handphonnya didalam tas.
Ternyata ada SMS masuk, tapi aku tak membacanya. Aku membaca dikotak keluar yang kebanyakan untuk mamanya dirumah 
'ma,tadi vita udah ngirim uang untuk berobat vela, semoga Vela lekas semuh ya ma. Amin'.
begitulah bunyi sms yang terkirim buat keluarganya
ku beranikan pula baca sms dari mamanya yang dikotak masuk yang belum terbuka
"ngirim uangnya kok banyak Vit, apa kerjaanmu sudah naik gajinya,atau ini uang tabunganmu? Jaga kesehatanmu nak,jangan sering keluar malam"
aku masih duduk disamping Vita yang posisi tidur,
masih memegang handphon yang ada digenggaman,
aku bingung apa yang harus kulakukan,
satu,dua warga pun berdatangan untuk melihat pevita.
Seorang warga pun bertanya pada saya
"Mas,sudah dikabari keluarganya?"
"Belum pak,akupun menggeleng"
"kabari aja Mas secepatnya, pinta bapak itu"
bersambung lagi ya??siwet nih mata liat layar hape yang kecil...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukisan Karya Affandi

Karya Lukisan sang Maestro Afandi yang berjudul "Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan" merupakan salah satu karya langka dan istimewa dari Afandi, diantara Karya-karya istimewa lainya, namun Lukisan ini memiliki nilai falsafah hidup yang dalam, dimana setiap individu Manusia yang ada di Dunia ini terlahir sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lainya seperti Malaikat, Jin, Hewan, Dll. Dimana kesempurnaan Manusia itu sendiri adalah terwujud karena adanya kelemahan terbesar yang dimiliki Manusia yaitu hawa nafsu yang cenderung berbuat untuk mengingkari kodrat sebagai makhluk yang sempurna, dan seringkali hawa nafsu digoda oleh berbagai bisikan-bisikan setan yang menyesatkan. Disini perwujudan dari bisikan-bisikan setan itu dilukiskan Afandi seperti sesosok Topeng-topeng yang berperan sebagai tokoh kejahatan dalam cerita-cerita Jawa.  Dan Topeng itu sendiri cenderung bukan wajah asli dari diri Manusia

Budidaya Ternak Itik Petelur |

  A.  LATAR BELAKANG    Itik dikenal juga dengan istilah bebek dalam  ( bahasa jawa )  nenek moyangnnya berasal dari amerika utara merupakan itik liar.(anas mascha)atau mild malard. terus menerus di jinakkan oleh manusia hingga jadilah itik dan di pelihara sekarang yang disebut aras demesticus (ternak itik). Jenis bibit unggul yang diternakan khususnya di  I ndonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal,itik mojosari,itik bali,itik cu 2000-ina.  Itik yang akan  saya  pelihara atau budidayakan adalah  jeni itik yang dibudidayakan  secara intensif atau yang lebih dikenal dengan pemeliharaan di lahan kering atau dikandangkan yang akan memberi keuntungan diantara itik tidak lagi di gembalakan di sawah untuk mencari makan sendiri.  pakan dan minum di sediakan di dalam kandang air untuk berenang itik di sediakan sehingga itik hanya memanfaatkan energi untuk memproduksi telur. Telur menjadi pilihan karena merupakan sumber protein hewani yang gampang terjangkau oleh masyarakat

Biografi Sunan Kalijaga

Joko Said dilahirkan sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban. Arya Wilatikta ini adalah keturunan dari pemberontak legendaris Majapahit, Ronggolawe. Riwayat masyhur mengatakan bahwa Adipati Arya Wilatikta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said. Namun sebagai Muslim, ia dikenal kejam dan sangat taklid kepada pemerintahan pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada rakyat. Joko Said muda yang tidak setuju pada segala kebijakan Ayahnya sebagai Adipati sering membangkang pada kebijakan-kebijakan ayahnya. Pembangkangan Joko Said kepada ayahnya mencapai puncaknya saat ia membongkar lumbung kadipaten dan membagi-bagikan padi dari dalam lumbung kepada rakyat Tuban yang saat itu dalam keadaan kelaparan akibat kemarau panjang. Karena tindakannya itu, Ayahnya kemudian ‘menggelar sidang’ untuk mengadili Joko Said dan menanyakan alasan perbuatannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Joko Said untuk me